Kamis, 12 November 2015

Wajah Sungai Mookervart 2015

Di sisi jalan Daan Mogot ada sebuah sungai. Kebanyakan orang menyebutnya dengan Kalideres, meskipun Kalideres adalah nama salah satu kelurahan di Jakarta Barat. Sungai yang bernama asli Mookervart ini sudah ada sejak jaman Belanda. Kala itu aliran sungai yang deras dan lebar menarik perhatian setiap orang yang lewat, maka muncullah nama Kalideres.

Bertahun berlalu, wajah sungai Mookervart bertransformasi seiring pertambahan jumlah penduduk dan berjamurnya industri di kawasan dekat sungai. Dari beberapa tahun terakhir banyak masalah timbul akibat pembuangan limbah, baik limbah rumah tangga maupun limbah pabrik, yang terus-menerus dilakukan penduduk dengan kesadaran rendah.

Bantaran sungai yang berfungsi untuk menghalau banjir kini berganti menjadi pemukiman liar dan menyebabkan beberapa permasalahan serius, diantaranya pencemaran air dan lingkungan, pendangkalan sungai, dan penyebab banjir.



Sayangnya kontrol lapangan oleh Pemprov dinilai sangat kurang. Sehingga setelah beberapa puluh tahun tidak dikeruk, air sungai menghitam dan menimbulkan bau tak sedap. Sampah-sampah juga berseliweran di atas permukaan air yang terlihat tidak mengalir.  

Di daerah Batuceper, ketinggian air tidak seekstrem di Kalideres terus kea rah timur . Tetapi tumbuhan liar yang tumbuh secara tidak normal di dasar sungai yang tidak digenangi air dapat berupa tanda bahwa terjadi eutrofikasi, pencemaran air dikarenakan limbah fosfat yang terlarut dalam air melebihi batas normal.



Eutrofikasi menimbulkan tumbuhnya tumbuhan liar dan eceng gondok secara pesat sebab ketersediaan nutrien dan kondisi lumpur di dasar sungai yang memadai. Hal ini justru menyebabkan rendahnya kualitas air dan kadar oksigen terlarut, sehingga ikan atau spesies air tawar lain tidak dapat hidup. Tidak hanya itu, tingginya kadar fosfat bisa dikaitkan dengan pembuangan limbah B3 dari pabrik secara langsung tanpa ada penangan limbah terlebih dahulu. Ini berarti, selain fosfat, masih banyak kekhawatiran akan konsentrasi racun yang terkandung dalam sungai.

Daftar negatif pencemaran sungai Mookervaart ini tidak akan pernah berkurang jika kesadaran masyarakat akan pencemaran lingkungan dan dampaknya beberapa tahun ke depan masih rendah. Selain pengerukan dasar sungai yang seharusnya dilakukan setiap tahun oleh Pemprov DKI, sebagai warga yang juga memanfaatkan air dari sungai tersebut meningkatkan rasa peduli akan kesehatan dan dampak mengkonsumsi air sungai yang tercemar.


Karena nasi sudah menjadi bubur dan penampilan sungai Mookervaart tidak dapat disulap bersih dalam waktu semalam, alangkah baiknya pencegahan pencemaran air dilakukan untuk mengalau pencemaran yang lebih parah lagi. 


Referensi :
* http://news.liputan6.com/read/753786/jokowi-kali-mookervart-kalideres-tercemar-limbah-beracun-b3
* https://id.wikipedia.org/wiki/Eutrofikasi
* https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/

Tidak ada komentar: