Di sisi
jalan Daan Mogot ada sebuah sungai. Kebanyakan orang menyebutnya dengan
Kalideres, meskipun Kalideres adalah nama salah satu kelurahan di Jakarta
Barat. Sungai yang bernama asli Mookervart ini sudah ada sejak jaman Belanda.
Kala itu aliran sungai yang deras dan lebar menarik perhatian setiap orang yang
lewat, maka muncullah nama Kalideres.
Bertahun
berlalu, wajah sungai Mookervart bertransformasi seiring pertambahan jumlah
penduduk dan berjamurnya industri di kawasan dekat sungai. Dari beberapa tahun
terakhir banyak masalah timbul akibat pembuangan limbah, baik limbah rumah
tangga maupun limbah pabrik, yang terus-menerus dilakukan penduduk dengan
kesadaran rendah.
Bantaran
sungai yang berfungsi untuk menghalau banjir kini berganti menjadi pemukiman
liar dan menyebabkan beberapa permasalahan serius, diantaranya pencemaran air
dan lingkungan, pendangkalan sungai, dan penyebab banjir.
Sayangnya kontrol lapangan oleh Pemprov
dinilai sangat kurang. Sehingga setelah beberapa puluh tahun tidak dikeruk, air
sungai menghitam dan menimbulkan bau tak sedap. Sampah-sampah juga berseliweran
di atas permukaan air yang terlihat tidak mengalir.
Di daerah
Batuceper, ketinggian air tidak seekstrem di Kalideres terus kea rah timur .
Tetapi tumbuhan liar yang tumbuh secara tidak normal di dasar sungai yang tidak
digenangi air dapat berupa tanda bahwa terjadi eutrofikasi, pencemaran air
dikarenakan limbah fosfat yang terlarut dalam air melebihi batas normal.
Eutrofikasi
menimbulkan tumbuhnya tumbuhan liar dan eceng gondok secara pesat sebab ketersediaan
nutrien dan kondisi lumpur di dasar sungai yang memadai. Hal ini justru menyebabkan
rendahnya kualitas air dan kadar oksigen terlarut, sehingga ikan atau spesies
air tawar lain tidak dapat hidup. Tidak hanya itu, tingginya kadar fosfat bisa
dikaitkan dengan pembuangan limbah B3 dari pabrik secara langsung tanpa ada
penangan limbah terlebih dahulu. Ini berarti, selain fosfat, masih banyak
kekhawatiran akan konsentrasi racun yang terkandung dalam sungai.
Daftar negatif
pencemaran sungai Mookervaart ini tidak akan pernah berkurang jika kesadaran
masyarakat akan pencemaran lingkungan dan dampaknya beberapa tahun ke depan
masih rendah. Selain pengerukan dasar sungai yang seharusnya dilakukan setiap
tahun oleh Pemprov DKI, sebagai warga yang juga memanfaatkan air dari sungai
tersebut meningkatkan rasa peduli akan kesehatan dan dampak mengkonsumsi air
sungai yang tercemar.
Karena nasi
sudah menjadi bubur dan penampilan sungai Mookervaart tidak dapat disulap bersih
dalam waktu semalam, alangkah baiknya pencegahan pencemaran air dilakukan untuk
mengalau pencemaran yang lebih parah lagi.
Referensi :
* http://news.liputan6.com/read/753786/jokowi-kali-mookervart-kalideres-tercemar-limbah-beracun-b3
* https://id.wikipedia.org/wiki/Eutrofikasi
* https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/
Referensi :
* http://news.liputan6.com/read/753786/jokowi-kali-mookervart-kalideres-tercemar-limbah-beracun-b3
* https://id.wikipedia.org/wiki/Eutrofikasi
* https://utamisubardo.wordpress.com/2013/04/21/pengolahan-dan-penanganan-limbah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar