Jumat, 04 Desember 2015

Belum Semua Warga Menikmati Air Bersih

Indonesia memiliki 6 persen potensi air dunia atau 21 persen potensi air di Asia Pasifik. Namun setiap tahun kita mengalami krisis air bersih, secara kuantitas maupun kualitas. Sumber air alam semakin menyusut dan air bersih olahan semakin mahal. Tiga belas sungai yang melewati ibukota tercemar bakteri E-Coli, termasuk tujuh puluh persen air tanahnya.


Sumber bahan baku air bersih di Indonesia berasal dari sungai, sumur, air artesis, mata air, danau, dan bendungan. Meskipun Indonesia termasuk 10 negara di dunia yang kaya akan air, itu tidak menjamin akses air bersih yang mudah bagi warganya. Cadangan air kita mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, jauh di atas ketersediaan air rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun. Masalahnya, krisis air terjadi setiap tahun.

Di Indonesia, baru 20 persen masyarakat yang dapat mengakses air bersih layak minum. Dari total 200 juta penduduk, baru 40 juta yang terlayani air layak minum melalui jaringan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).



Menurut data Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral, hingga tahun 2015, diperkirakan pemenuhan kebutuhan air bersih di Indonesia baru mencapai 68,9 persen dari total kebutuhan air bersih penduduk secara nasional.

Sedangkan informasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyebutkan, ketersediaan air bersih yang benar-benar layak untuk dikonsumsi masyarakat, diperkirakan cadangannya hanya tersisa tinggal 18 persen dari total keseluruhan persediaan.

Penyebab masalah dari berkurangnya potensi air bersih, diantaranya:

1. Perilaku manusia.
Sebagian besar masyarakat masih merasa acuh terhadap ketersediaan air bersih dan sumbernya, masyarakat masih menganggap air bersih sebagai hal biasa yang disediakan secara alami oleh alam. Berbagai aktifitas sehari-hari dilakukan pada sumber air baku (sungai) seperti mandi, cuci, kakus, bahkan sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah terbesar dan gratis. Masyarakat juga masih menganggap ketersediaan air bersih hanyalah tanggung jawab pemerintah, belum timbulnya kesadaran dan rasa memiliki bagi masyarakat bahwa menjaga ketersediaan air bersih merupakan tanggung jawab bersama.

2. Kerusakan lingkungan yang semakin parah.
Kelangkaan air bersih lazim disebabkan karena berkurangnya daerah resapan air dan daya ikat air tanah yang terjadi akibat penggundulan hutan secara besar-besaran tanpa adanya upaya reboisasi. Global warming juga mengakibatkan terjadinya perubahan iklim dan meningginya air laut, hal ini sebagian besar disebabkan oleh pencemaran udara oleh pabrik dan kendaraan bermotor. Rusaknya potensi air bersih juga diakibatkan oleh pencemaran pada sumber air bersih, banyak sungai, danau dan mata air dijadikan tempat pembuangan kotoran dan limbah domestik.

3. Meningkatnya jumlah populasi penduduk.
Meningkatnya jumlah penduduk terutama di perkotaan tidak diikuti dengan bertambahnya sumber potensi air bersih, masyarakat menggunakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa mempertimbangkan kelangsungan ketersediaan air bersih tersebut di masa depan.

4. Manajemen pengelolaan sumber daya air bersih yang belum baik.
Kurangnya tindakan tegas dan sanksi dari pemerintah bagi pelaku pengrusakan dan pencemaran sumber daya air bersih. Sedikitnya aturan yang mengatur penggunaan air bagi irigasi pertanian yang kurang efisien dan ekploitasi air bersih yang tidak proporsional oleh pelaku industri. 
Selain penyusutan sumber air tanah, masyarakat juga menghadapi masalah pencemaran air baku. Sungai-sungai di Pulau Jawa umumnya berada pada kondisi memprihatinkan akibat pencemaran limbah industri dan limbah domestik. Padahal sebagian besar sungai itu merupakan sumber air bagi masyarakat, untuk keperluan mandi, cuci, serta sumber baku air minum olahan (PAM)


Upaya penyelematan lingkungan termasuk di antaranya dengan penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan secara berkelanjutan. upaya penyelematan lingkungan untuk mengatasi krisis air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, Seperti :
  • Menggalakan hemat air, melakukan penanaman pohon seperti one man one tree
  • Konservasi lahan
  • Pelestarian hutan dan daerah aliran sungai
  • Dilakukan pembangunan tempat penampungan air hujan seperti waduk sehingga air bisa dimanfaatkan saat musim kemarau. 
  • membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori
  • Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian maupun pertambangan. 
  •  Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar.
     Mengantisipasi kelangkaan air bersih membutuhkan peran banyak pihak. Kesadaran masyarakat harus ditingkatkan agar perilakunya bisa berubah. Di sisi lain, instansi-instansi yang terkait pengelola air bersih harus bergerak bersama, tanpa terkotak-kotak oleh kewenangan dan batas administrasi. Saatnya semua pihak bersinergi mengantisipasi kelangkaan air bersih.
    Daftar Referensi

    http://www.ampl.or.id/digilib/read/belum-semua-warga-menikmati-air-bersih/21816
    http://www.ampl.or.id/digilib/read/93-bangun-sinergi-untuk-air-bersih/49759
    http://properti.kompas.com/read/2015/03/03/220000121/dosen.ipb.indonesia.sulit.air.bersih
    http://zelously.blogspot.co.id/2014/08/air-dan-kehidupan-untuk-indonesia-yang.html

Tidak ada komentar: