Selasa, 01 Desember 2015

Air dan Pembangunan Berkelanjutan

Tak bisa dipungkiri bahwa Air merupakan unsur terpenting bagi kehidupan di muka bumi dimana  hampir 71% permukaan bumi berisi air. begitu juga dengan tubuh manusia, dimana Sekitar 70% tubuh manusia terdiri atas air. sebagian besar makhluk hidup memerlukan  air. Tanpa air tidak mungkin ada kehidupan.

Perayaan Hari Air Sedunia  2015 yang bertema “Water and Sustainable Development” atau “Air dan Pembangunan Berkelanjutan” menyoroti pentingnya air dalam agenda pembangunan berkelanjutan.
Hari Air Sedunia dicetuskan pertama kali saat digelar United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Pada Sidang Umum PBB ke-47 yang dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 1992, keluarlah Resolusi Nomor 147/1993 yang menetapkan pelaksanaan peringatan Hari Air se-Dunia setiap tanggal 22 Maret dan mulai diperingati pertama kali pada tahun 1993.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon Berpesan pada peringatan Hari Air Sedunia 2015 bahwa saat bahaya perubahan iklim semakin mengancam planet, masyarakat internasional harus bersatu dalam “semangat kerjasama yang mendesak” guna mengatasi berbagai tantangan yang berhubungan dengan air yang dihadapi umat manusia. Salah satu “masalah yang paling mendesak” yang mempengaruhi populasi di seluruh dunia adalah masalah Sanitasi dan akses ke air minum yang bersih dan aman.
Beliau juga menegaskan terjadinya perubahan iklim, meningkatnya permintaan sumber daya air yang terbatas dari pertanian, perindustrian dan kota-kota, serta meningkatkan polusi di berbagai daerah telah mempercepat krisis air yang hanya dapat ditangani oleh lintas sektoral, perencanaan holistik dan kebijakan – internasional, regional dan global.
Laporan PBB menyebutkan bahwa meskipun adanya kemajuan dalam Tujuan Pembangunan Milenium , sekitar 750 juta orang, atau lebih dari 1 dari 10 penduduk dunia, masih tetap tidak memiliki akses terhadap pasokan air yang lebih baik. UNESCO melaporkan bahwa bumi akan menghadapi kekurangan pasokan air sebesar 40 persen pada tahun 2030, jika masyarakat internasional secara “dramatis” tidak meningkatkan manajemen pasokan air. Permintaan air diperkirakan akan meroket hingga 55 persen pada tahun 2050, sementara 20 persen dari air tanah global telah dieksploitasi secara berlebihan.
Untuk itu UNESCO telah mendesak masyarakat internasional untuk mengabdikan tujuan pembangunan berkelanjutan seluruhnya untuk air itu sendiri – dari isu-isu tata kelola air dan kualitas pengelolaan air limbah, hingga ke pencegahan terhadap bencana alam.
Rata-rata, hampir 1.000 anak meninggal setiap harinya akibat penyakit diare yang terkait dengan air minum yang tidak aman, sanitasi yang buruk, atau kebersihan yang buruk.
Di indonesia Peringatan hari air sedunia dirayakan dengan penandatangan kesepakatan bersama Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA). Hal ini untuk mewujudkan Nawa Cita yang menjadi program prioritas pemerintahan Jokowi-JK.
Ada 8 Kementerian yang ikut serta dalam GNKPA yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian BUMN, serta Kementerian PDT dan Transmigrasi.
Prioritas penanganan wilayah sungai maupun percepatan program diawali dengan perbaikan DAS bagian hulu melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi sumber daya alam meliputi 6 (enam) komponen kegiatan yaitu : (1) Penataan ruang, pembangunan fisik, pertanahan dan kependudukan; (2) Rehabilitasi hutan dan lahan serta konservasi sumber daya air; (3) Pengendalian daya rusak air; (4) Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran air; (5) Penghematan penggunaan dan pengelolaan permintaan air dan (6) Pendayagunaan sumber daya air secara adil, efisien dan berkelanjutan.
Tujuannya untuk mengembalikan keseimbangan siklus hidrologi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) sehingga keandalan sumber-sumber air baik kuantitas maupun kualitas airnya dapat terkendali, melalui pemberdayaan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat serta penegakan hukum. Sasaran yang ingin dicapai adalah merespon Dekade Air Untuk Kehidupan 2005-2015 dan tercapainya tujuan pembangunan yang mencakup ketahanan pangan, peningkatan ekonomi dalam pengentasan kemiskinan dan Perlindungan ekosistem.
Pencanangan program ini dilatarbelakangi adanya kondisi krisis SDA yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk, industri, dan pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya alam; penataan ruang, alih fungsi lahan dan penerapan hukum yang kurang terkendali; kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang semakin meningkat; kualitas air makin merosot akibat pencemaran; dan pemanfatan sumber daya air tidak efisien dan tidak adil akibat penggunaan air yang masih boros baik untuk keperluan irigasi, rumah tangga maupun industri.
Selain itu Diperlukan juga upaya untuk menanggulangi pencemaran air yaitu :
1. Menetralkan Limbah-limbah industri sebelum dibuang ke sungai atau laut terlebih dahulu sehingga tidak lagi mengandung unsur-unsur yang mencemari perairan, karena itu setiap industri diwajibkan memiliki unit pengolah limbah.
2. Larangan membuang sampah ke selokan (parit), sungai, danau, dan laut. Sampah harus dibuang di tempat-tempat yang telah ditentukan.
3. Mengurangi penggunaan pestisida dalam membasmi hama tanaman. Musuh-musuh alami (predator) hama tanaman perlu dikembangkan agar dapat membasmi hama tanpa pestisida.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jakarta pernah menyebut 13 sungai di ibu kota sudah kronis dengan tingkat pencemaran yang parah. Tidak ada peranti hukum yang mengatur sanksi tegas bagi pelaku pembuangan air limbah ke sungai yang mencakup usaha industri dan warga menjadi salah satu persoalannya.
Bahkan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi DKI Jakarta sebelumnya menyebut kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) DKI Jakarta soal pengelolaan limbah khususnya limbah hasil rumah tangga, tidak maksimal. BPK melihat SKPD masih saling lempar tanggung jawab mengenai pengelolaan limbah. Akibatnya pencemaran lingkungan di sungai dan teluk di DKI Jakarta tidak tertangani optimal.
Dampaknya adalah ditemukannya Kematian massal ikan di Pantai Ancol pada tanggal 29-30 November 2015 yang lalu disebabkan oleh meledaknya populasi (booming) dari fitoplankton dari jenis Coscinodiscus spp.
Fitoplankton jenis Coscinodiscus spp. adalah salah satu jenis fito plankton yang tidak berbahaya (toksik), namun karena jumlahnya yang banyak dan membutuhkan oksigen yang banyak pula hal ini menyebabkan kadar oksigen terlarut menipis.
Hasil penemuan ini berdasarkan hasil kajian Peneliti-peneliti Pusat Penelitian Oseanografi yang melakukan kajian secara cepat  terhadap sampel air laut dan ikan.
Hasil analisis terhadap sampel air laut yang diambil di 7 titik sampling menyatakan bahwa kadar oksigen terlarut di air pada 3 stasiun (stasiun 1, 2 dan 3) sangat rendah. Kadar oksigen yang tersedia di air hanya sebesar 0,765 ml/L atau 1,094 mg/L di mana keadaan normal seharusnya dapat mencapai 4-5 mg/liter .
Rendahnya oksigen inilah yang menjadi penyebab utama dari kematian massal tersebut. Minimnya kadar oksigen di air laut tersebut disebabkan oleh booming fitoplankton dari jenis Coscinodiscus spp. Hasil pengamatan menyatakan bahwa kepadatan phytoplankton tersebut mencapai 1-2 juta sel per liter di mana pada hari Sabtu dan Minggu (29 dan 30 Desember) terjadi perubahan warna air menjadi lebih gelap dengan banyak bintik-bintik hitam dan pada hari Minggu, kepiting dan ikan mulai mabuk. Pada hari Senin pagi hingga siang kematian massal ikan mencapai puncaknya.
Dalam setiap kegiatan yang berdampak besar terhadap lingkungan hendaknya masyarakat diberikan peran yang besar pula dalam pengelolaan lingkungan yang berarti memberikan kepercayaan dan keyakinan bahwa keberlangsungan lingkungan hidup akan sangat bergantung pada masyarakat. Semakin besar tanggung jawab tersebut diberikan kepada masyarakat  maka semakin besar pula kontrol yang dilakukan terhadap lingkungan tersebut.
Semoga peringatan Hari Air sedunia yang bertema air dan pembangunan berkelanjutan menjadi jawaban atas Berbagai tuntutan terhadap pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan aman serta pengelolaan terhadap sumber daya air serta tekanan  akibat pengaruh pemanasan global. Sehingga air memegang peranan penting dalam proses pembangunan berkelanjutan.

Sumber :
http://rizqidiaz.blogspot.co.id/2012/05/definisi-air-dan-peranannya-dalam.html
http://news.liputan6.com/read/2229239/nawa-cita-dalam-perayaan-hari-air-dunia-2015
http://alamendah.org/2015/03/08/air-dan-pembangunan-berkelanjutan-hari-air-2015/
http://bangda.kemendagri.go.id/webbangda/index.php?page=56
http://www.artikelsiana.com/2014/10/upaya-penanggulangan-pencemaran-air-usaha.html#
http://news.detik.com/berita/3085497/ini-hasil-uji-lab-lipi-terkait-kasus-ribuan-ikan-yang-mati-di-pantai-ancol










Tidak ada komentar: