Selasa, 24 November 2015

Gas Rumah Kaca

Pada dasarnya semua gas yang ada di alam memberikan efek rumah kaca bagi bumi. Gas-gas tersebut menangkap panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi dan menahannya sehingga tidak keluar dari atmosfer bumi.
Yang membedakan gas- gas tersebut hanyalah kemampuan dalam menangkap panas yang dipantulkan bumi. Sehingga dikenal-lah beberapa gas yang menyebabkan efek rumah kaca sehingga terjadi pemanasan global yaitu karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), nitrogen oxsida (N2O), Chloro-Fluoro-Carbon (CFC), Hidro-Fluoro-Carbon (HFCs) dan  Sulfur Heksafluorida (SF₆). Gas-gas diatas adalah gas yang memiliki kemampuan menangkap panas paling besar diantara gas-gas lain yang ada di atmosfer bumi.
Efek rumah kaca adalah fenomena alam yang sudah ada sejak bumi ini terbentuk. Bayangkan saja jika tidak ada efek rumah kaca berarti semua panas dari matahari dipantulkan kembali oleh bumi tanpa ada sedikitpun panas yang terperangkap. Suhu rata-rata bumi tanpa efek rumah kaca diperkirakan sekitar -18°C, dengan adanya efek rumah kaca suhu bumi terpelihara disekitar 15°C. Lalu apakah yang menyebabkan efek rumah kaca begitu berbahaya akhir-akhir ini? Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak akan pernah baik. Begitu juga dengan gas rumah kaca. Setiap tahunnya konsentrasi (jumlah) gas rumah kaca di atmosfer terus bertambah sehingga panas matahari yang terperangkap di bumi semakin banyak. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer adalah sebagai akibat dari kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia.

Karbon Dioksida (CO2)
Konsentrasi gas CO2 di atmosfer sekitar 387 ppm. Bertambahnya konsentrasi gas CO2 adalah karena meningkatnya pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, batubara) untuk keperluan transportasi dan industri. Juga disebabkan oleh maraknya pembalakan terhadap hutan sehingga kemampuan alam untuk menyerap CO2 menjadi berkurang. Proses pembakaran batu kapur dan batu gamping dalam proses produksi semen juga menyumbang bertambahnya konsentrasi CO2. Selain itu ada juga faktor alamiah yang menyumbang peningkatan gas CO2 diantaranya letusan gunung vulkanik, proses respirasi pada manusia, hewan dan mikroorganisme dll. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi gas CO2 adalah dengan menghentikan pembalakan liar hutan-hutan dan melakukan reboisasi pada hutan yang telah rusak. Menemukan sumber energi baru untuk kegiatan industri dan keperluan transportasi yang tidak menghasilkan CO2 seperti penggunaan mobil listri, bahan bakar hidrogen, pembangkit listrik tenaga nuklir, penggunaan panel surya dll.

Metana (CH4)
Gas metana secara alami dihasilkan oleh pembusukan organisme seperti tumbuhan dan hewan dan dari kotoran hewan ternak terutama sapi sebagai produk samping sistem pencernaan. Gas metana juga dihasilkan dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia seperti dalam proses penambangan dan pengeboran, dan pengolahan batu bara, gas alam dan minyak bumi. Gas metana mampu menangkap panas 20 kali lebih baik dari CO2 sehingga lebih berbahaya. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi konsentrasi metana di atmosfer adalah dengan mengurangi konsumsi daging sehingga permintaan terhadap hewan ternak menurun yang secara tidak langsung menurunkan jumlah kotoran hewan ternak yang dihasilkan. Selain itu juga perlu dikembangkan teknologi pengeboran dan penambangan sehingga tidak menghasilkan gas metana.

Natrium oksida (N2O)
N2O adalah insulator panas yang sangat kuat dan dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari CO2 . Natrium oksida ini dihasilkan paling utama dari industri pertanian, pembakaran bahan bakar fosil, biomassa dan limbah. Sektor pertanian menyumbang porsi paling besar dalam produksi emisi ini, yaitu 2/3 nya. Penggunaan pupuk nitrogen pada lahan pertanian dapat menghasilkan gas nitrogen oksida. Tetapi apabila pemberian pupuk nitrogen dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman, maka tidak ada nitrogen yang terurai oleh mikroba menjadi niteogen oksida karena semua unsur niteogen dalam pupuk terserap oleh tanaman. Dewasa ini sedang dikembangkan cara2 memberikan pupuk nitrogen secara efisien sesuai kebutuhan tanaman.

Chloro-Fluoro-Carbon (CFC)
CFC biasa disebut freon. Freon mempunyai efek rumah kaca 510 kali lebih besar dari CO2 dan dapat bertahan di atmosfer selama 15 tahun sebelum terurai. Gas ini dihasilkan dari pemakaian alat-alat pendingin seperti AC, kulkas dan refrigerator. Selain meningkatkan efek rumah kaca, CFC juga merusak lapisan ozon yang akan menyebabkan masuknya sinar UV ke atmosfer bumi dan menyebabkan radiasi. Dewasa ini sudah digunakam zat pengganti freon untuk keperluan alat pendingin seperti hydrocarbon (natural refrigerant). Merek dan jenis Hydrocarbon yang beredar di Indonesia cukup banyak, seperti Musicool, Hychill, Safe, Duracool, Hycool, dll.

Sulfur Heksafluorida (SF₆)
Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat, yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini masih belum teridentifikasi.

Sumber:
http://www.bhataramedia.com/2880/pupuk-nitrogen-berlebih-picu-peningkatan-emisi-gas-nitrous-oxide/2014/06/10/
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/04/komposisi-gas-gas-di-atmosfer.html
http://bennypurba21.blogspot.co.id/2010/10/gas-gas-penyebab-efek-rumah-kaca.html?m=1
https://hends86.wordpress.com/2011/07/01/karbon-dioksida-co2-efek-dan-penanganannya/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C1887150131
http://www.globalindoprima.com/hydrocarbon/menggunakan-musicool-refrigerant-yang-ramah-linkungan-dan-hemat-listrik-pada-mesin-ac

Tidak ada komentar: