Oleh : Andiny
Isu global
warming atau pemanasan global memang selalu hangat untuk diperbincangkan karena
semakin bertambahnya tahun bumi makin hangat hingga sampai pada titik panas untuk
berjalan ke luar rumah saja.
Teori Efek
Rumah Kaca (ERK) pasti sudah tidak asing dikumandangkan di berbagai media atau
hanya celoteh diskusi anak SMP. Bahkan topik pemanasan global ini sudah masuk obrolan
ringan dan umum untuk orang awam.
Memang
tidak bisa dipungkiri bahwa dampak negatif dari global warming makin menggila
menghantui segala aspek di masyarakat.
Setelah
diadakannya konferensi untuk membahas dampak pemanasan global di Bali,
masyarakat dunia mulai membuka mata akan perubahan iklim yang abnormal. Beberapa
contoh nyata sebab akibat yang mulai terlihat sebagai pemicu kenaikan suhu bumi
adalah sebagai berikut :
1. Penebangan
hutan
Penggundulan Hutan Borneo |
Indonesia
menjadi salah satu negara terluas di dunia tentu memiliki hutan tropis yang
luas pula. Negara kita juga pernah menjadi paru-paru dunia sebelum beribu
hektar pohon ditebang, dibakar, dan malah menjadi ladang penyakit paru seperti
kasus kebakaran hutan Riau saat ini. Banjir lumpur makin menjadi setelah tanah
tidak sanggup menopang banyaknya air hujan yang tumpah tanpa sanggaan
pohon-pohon.
Gas karbon hasil
pembuangan manusia, limbah, dan pembakaran BBM melebihi kapasitas pohon yang
ada untuk menyerapnya saat ini dan akhirnya terbang ke atmosfer membentuk Gas Rumah Kaca (GRK).
2. Ancaman
terhadap flora dan fauna
Petani sawah
dan ladang cemas dengan perubahan pola tanam yang disebabkan oleh bertambah
panjangnya musim kemarau tetapi musim penghujan yang berkurang. Matahari
terlalu terik sehingga tumbuhan dapat cepat mati akibat kurangnya pasokan air
dalam tanah. Morfologi tumbuhan juga ada yang berbeda dari tahun-tahun
sebelumnya, seperti kulit buah Durian yang makin tipis atau anak buah Rambutan
yang terasa asam sedangkan induk biaknya manis.
Meningkatnya
suhu juga menjadikan es di kutub mencair menyebabkan bertambahnya volume air
laut dengan temperatur yang lebih tinggi. Hal tersebut berakibat fatal bagi kelangsungan
hidup hewan laut karena mengakibatkan oksigen dalam air laut habis diganti oleh
pelepasan hidrogen sulfida. Dalam dunia kelautan hal ini disebut zona mati dan
telah dilaporkan ada sekitar 200 zona mati yang ditemukan. Banyak pencari
nafkah di lautan harus gigit jari karena berkurangnya populasi ikan dan terumbu
karang. Wilayah di pesisir Jakarta Utara juga ditakutkan akan tenggelam
beberapa dekade mendatang.
3.
Penyebaran penyakit
Dengan musim
kemarau yang lebih panjang dan berkurangnya musim dingin, keadaan bumi yang
hangat akan mengundang berbagai penyebaran penyakit dikarenakan serangga
seperti nyamuk dapat hidup makmur di cuaca seperti itu.
Menangani
permasalahan global ini, Departemen Pertanian bekerja sama denan Pemda
Indramayu dan Badan Meteorologi dan Geofisika BMG mendirikan Sekolah Lapang
Iklim yang dibertujuan untuk menambah pengetahuan para petani akan pemanasan
global dan membantu mereka mengatasi masalah pertanian.
Pembelajaran
di antaranya memberi keterampilan petani menggunakan peralatan sederhana dalam
mengetahui datangnya musim hujan, mengukur kelembaban, suku, dan curah hujan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar