Pertumbuhan kendaraan di Indonesia dari waktu ke
waktu meningkat dengan tajam, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 70,7
juta unit pada survei tahun 2009, data tersebut melonjak hamper 3 kali lipat
sejak tahun 2003 yang masih 26,7 juta unit kendaraan berupa mobil penumpang,
bus, truk dan sepeda motor.
Peningkatan kendaraan tersebut mengakibatkan pemakaian bahan bakar yang juga meningkat dari tahun ke tahun.
Peningkatan kendaraan tersebut mengakibatkan pemakaian bahan bakar yang juga meningkat dari tahun ke tahun.
Ini menyebabkan peningkatan signifikan
terhadap belanja minyak mentah negara dan polusi udara yang diakibatkan oleh
penggunaan kendaraan BBM yang ikut meningkat pula. Salah satu cara untuk
menyikapi biaya anggaran membengkak dan meramahi lingkungan yang kritis ini
kesehatannya, Pemerintah telah menyediakan alternatif bahan bakar yang berasal
dari gas, yang disebut Bahan Bakar Gas.
Kebijakan
untuk beralih dari BBM ke gas ini pada dasarnya sudah dirintis pemerintah sejak
tahun 1986. Namun setelah 26 tahun dilaksanakan kebijakan ini dapat dikatakan
tidak berhasil dan bahkan semakin menurun yang ditandai sampai tahun 2010
semakin berkurangnya jumlah SPBG maupun SPBU yang menyediakan LGV. Salah satu
faktor utama penyebabnya adalah harga BBM yang sangat murah sehingga tidak ada
insentif ekonomi bagi pemilik kendaraan untuk beralih ke gas (BBG atau LGV).
Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang
telah dimurnikan dan aman, bersih, andal, murah. BBG digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana
dan etana kurang lebih 90% dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen
dan karbondioksida. BBG lebih ringan dari udara dengan berat jenis sekitar
0,6036 dan mempunya nilai oktan 120.
Berikut kelebihan BBG dibandingkan BBM:
Mengurangi Beban subsidi BBM
Dengan mengkonversi bahan bakar
kendaraan dari BBM ke BBG akan mengurangi impor
minvak dan tentu dapat menekan subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk
BBM.
Mengurangi pencemaran lingkungan
Bahan bakar gas emisinya sangat
kecil sekali dibanding dengan bensin, penggunaan BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar
95%. Emisi CO2 sebesar 25%, emisi HC sebesar 80%, dan emisi NOx
sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif bagi lingkungan karena ikut serta
dalam pengurangan pemanasan global.
Bagi pemakai
Harga BBG jauh lebih murah
dibanding BBM, jadi bisa menghemat pengeluaran bahan bakar. Pemakaian BBG tidak
menghasilkan kerak pada mesin, busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot
dan peredam suara umurnya lebih panjang, dengan begitu dapat menghemat dari
sisi perawaan kendaraan.
Penggunaan BBG sejatinya telah
berjalan di sebagian armada angkutan umum di Jakarta, baik itu busway, taksi,
angkot, dan bajaj. Namun, Bogor lebih terdepan dalam hal ini, sampai saat ini
telah 1000 lebih angkutan umum yang menggunakan BBG sesuai peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Ini merupakan komitmen untuk menciptakan kendaraan
ramah lingkungan di tengah membanjirnya kendaraan di jalanan.
Source:
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/ototronik/974-hs-2
http://www.bkmpii.org/2013/03/beralih-ke-bahan-bakar-gas.html
http://bahanbakar-gas.blogspot.co.id/2012/06/pertanyaan-seputar-bbg-bahan-bakar-gas.html
http://dllaj.kotabogor.go.id/index.php/multisite/post_detail/66#.Vm8rWF5jjzk
http://megapolitan.antaranews.com/berita/12176/pemkot-bogor-aktifkan-kembali-angkot-bbg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar