Senin, 14 Desember 2015

Beralih Ke Bahan Bakar Gas



Pertumbuhan kendaraan di Indonesia dari waktu ke waktu meningkat dengan tajam, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah kendaraan di Indonesia mencapai 70,7 juta unit pada survei tahun 2009, data tersebut melonjak hamper 3 kali lipat sejak tahun 2003 yang masih 26,7 juta unit kendaraan berupa mobil penumpang, bus, truk dan sepeda motor.
Peningkatan kendaraan tersebut mengakibatkan pemakaian bahan bakar yang juga meningkat dari tahun ke tahun.

Ini menyebabkan peningkatan signifikan terhadap belanja minyak mentah negara dan polusi udara yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan BBM yang ikut meningkat pula. Salah satu cara untuk menyikapi biaya anggaran membengkak dan meramahi lingkungan yang kritis ini kesehatannya, Pemerintah telah menyediakan alternatif bahan bakar yang berasal dari gas, yang disebut Bahan Bakar Gas.

Kebijakan untuk beralih dari BBM ke gas ini pada dasarnya sudah dirintis pemerintah sejak tahun 1986. Namun setelah 26 tahun dilaksanakan kebijakan ini dapat dikatakan tidak berhasil dan bahkan semakin menurun yang ditandai sampai tahun 2010 semakin berkurangnya jumlah SPBG maupun SPBU yang menyediakan LGV. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah harga BBM yang sangat murah sehingga tidak ada insentif ekonomi bagi pemilik kendaraan untuk beralih ke gas (BBG atau LGV).

Bahan Bakar Gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan dan aman, bersih, andal, murah. BBG digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan etana kurang lebih 90% dan selebihnya adalah gas propana, butana, nitrogen dan karbondioksida. BBG lebih ringan dari udara dengan berat jenis sekitar 0,6036 dan mempunya nilai oktan 120.

Berikut kelebihan BBG dibandingkan BBM:
Mengurangi Beban subsidi BBM
Dengan mengkonversi bahan bakar kendaraan dari BBM ke BBG akan mengurangi impor minvak dan tentu dapat menekan subsidi yang dialokasikan pemerintah untuk BBM.
 Mengurangi pencemaran lingkungan
Bahan bakar gas emisinya sangat kecil sekali dibanding dengan bensin, penggunaan BBG dapat mengurangi emisi CO sebesar 95%. Emisi CO2 sebesar 25%, emisi HC sebesar 80%, dan emisi NOx sebesar 30%. Hal ini akan berdampak positif bagi lingkungan karena ikut serta dalam pengurangan pemanasan global.
Bagi pemakai
Harga BBG jauh lebih murah dibanding BBM, jadi bisa menghemat pengeluaran bahan bakar. Pemakaian BBG tidak menghasilkan kerak pada mesin, busi lebih bersih dan tahan lama, serta knalpot dan peredam suara umurnya lebih panjang, dengan begitu dapat menghemat dari sisi perawaan kendaraan.



Penggunaan BBG sejatinya telah berjalan di sebagian armada angkutan umum di Jakarta, baik itu busway, taksi, angkot, dan bajaj. Namun, Bogor lebih terdepan dalam hal ini, sampai saat ini telah 1000 lebih angkutan umum yang menggunakan BBG sesuai peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Ini merupakan komitmen untuk menciptakan kendaraan ramah lingkungan di tengah membanjirnya kendaraan di jalanan.

Tidak ada komentar: