Selasa, 01 Desember 2015

Hulu, Badan, Muara Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung dulu dan sekarang oleh stasiun tv swasta
Dahulu sungai Ciliwung dianggap orang Eropa sebagai "surga di belahan bumi tropis” sebab airnya yang jernih mengalir dan membelah kota hujan.
Sungai Ciliwung membentang dari hulu di antara Gunung Gede dan Gunung Pangrango, turun ke bawah melewati Depok, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, kemudian bermuara di Laut Jawa.


Secara naluriah manusia akan membuat pemukiman di daerah yang dekat aliran sungai. Sungai Ciliwung sebagai sumber air yang dimanfaatkan warga sejak dulu hingga sekarang menyulap hutan hijau menjadi kota sarat penduduk.

Sungai dengan panjang sekitar 170 km ini menjadi jantung kehidupan manusia di daerah aliran sungainya. Entah digunakan sebagai MCK atau air minum. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk meningkat maka kebutuhan manusia pun meningkat. Sayangnya, perkembangan teknologi dan pemanfaatannya di tangan manusia tidak bertanggung jawab menghasilkan dampak negatif terhadap sungai Ciliwung.

Penggunaan deterjen, sabun, pemutih pakaian, dan bahan kimia pembantu pekerjaan rumah tangga justru mencemari kemurnian sungai hingga menyebabkan terganggunya ekosistem alami. Ditambah dengan menjamurnya pabrik-pabrik di daerah Depok dan Jakarta yang mengalirkan limbahnya, baik padat maupun cair, selama beberapa dekade mengubah wajah Sungai Ciliwung.

Jika kita tengok hulu Sungai Ciliwung, kontrasnya dengan penampakannya di Depok dan Jakarta pasti membuat kaget. Sumber air di hulu Sungai Ciliwung sangat baik dan jernih. Sedangkan pada badan sungai biasa ditemukan sampah domestik semisal plastik dan botol, limbah mebeul, warna keruh perpaduan limbah cair pabrik, dan lain-lain. Ini belum seberapa dibandingkan ketika datang musim penghujan. Dahan pohon di sekitar bantaran sungai bisa terbawa hingga Jakarta dan muncullah “banjir kiriman”.

Banjir yang terjadi di Jakarta memang menjadi objek prihatin dan biasanya Bogor menjadi kambing hitamnya karena nasibnya menjadi kota yang pertama disinggahi aliran Sungai Ciliwung. Faktanya, semua tempat di daerah aliran sungai ikut bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan air yang terjadi. Bukan hanya Bogor atau Jakarta saja.

Sensus penduduk tahun 1930 mencatat penduduk kota Bogor sebanyak 31.818 jiwa, terus meningkat secara signifikan hingga menjadi 750.250 jiwa pada tahun 2006. Laju urbanisasi yang tak terbendung dan terkendali ini menyulap bantaran sungai menjadi pemukiman ilegal. Tidak tanggung-tanggung, banyak rumah tidak layak dibangun di atas sungai hanya dengan penopang kayu. Jadi bukan hal aneh jika banjir kadang menyapu perumahan warga.

Bantaran sungai yang menjadi pemukiman ilegal

Padahal, bantaran sungai berfungsi untuk menyerap dan membendung luapan air saat hujan. Pohon-pohon yang ditebang juga menjadi penyumbang alasan mengapa sering terjadi longsor. Karena akar-akar pohon yang menancap jauh ke dalam tanah bertugas untuk “menopang” tanah sehingga tidak mudah bergeser.

Manusia tak bertanggung jawab memang lebih senang melemparkan kesalahan kepada pihak lain tanpa mengadakan introspeksi terlebih dahulu. Bagaimana dengan kita? Apakah kita termasuk golongan yang tidak bertanggung jawab itu? Yang membuang sampah tidak pada tempatnya? Pada akhirnya semuanya kembali lagi ke kesadaran masing-masing.

Oleh        : Andiny Arifin
Referensi :
https://id.wikipedia.org/wiki/Ci_Liwung
http://www.slideshare.net/NisaIchaEl/plh-10-analisis-sungai-ciliwung-10770032
https://teguhmanurung.wordpress.com/2009/09/20/kota-bogor-nasibmu-kini/
http://www.merdeka.com/peristiwa/kampung-ini-bukti-nyata-jakarta-terancam-tenggelam.html
http://koran.tempo.co/konten/2015/08/19/380302/Daerah-Aliran-Sungai-Ciliwung-di-Depok-Rusak


Tidak ada komentar: