Proses penambangan emas pada umumnya menggunakan merkuri untuk memisahkan emas dari tanah dan partikel-partikel lainnya. Jika merkuri ini langsung dibuang ke alam begitu saja tanpa diolah terlebih dahulu, maka zat berbahaya ini akan terserap ke tanah sehingga akan mencemari air tanah yg kita konsumsi. Jika merkuri dibuang ke aliran sungai, merkuri ini akan terserap oleh ikan dan hewan lainnya. Bahan pangan manusia berasal dari lingkungan disekitar tempat tinggalnya baik dari tanaman maupun hewan (air, darat dan udara). Apabila lingkungan telah tercemari, maka secara tidak langsung bahan pangan yang berasal dari lingkungan tersebut juga telah tercemari sehingga sudah tidak aman lagi untuk dikonsumsi.
Penggunaan merkuri di lingkungan pertambangan berdampak secara langsung bagi para pekerja yang setiap hari berinteraksi secara langsung dengan merkuri. Serta berdampak secara tidak langsung bagi masyarakat yang ada di sekitar lingkungan tambang.
Banyak cara yang bisa digunakan para penambang emas untuk mengurangi penggunaan merkuri pada penambangan emas. Contohnya di Kolombia, para penambang menggunakan meja Asakan untuk memisahkan partikel-partikel emas yang bermassa lebih berat dari lumpur dan partikel-partikel lainny yang bermassa lebih ringan. Pada proses pemijaran campuran emas dan merkuri sebaiknya dilakukan pada sistem tertutup sehingga uap merkuri yg dihasilkan tidak keluar dan mencemari udara melainkan tetap di dalam sistem dan dapat dipergunakan lagi. Ada juga cara baru yang disebut dengan Manado. Manado ini sebenarnya menggunakan metode konsentrasi gravitasi. Bahan yang digunakan adalah ijuk hitam dari pohon aren sebagai penangkap dan pengkonsentrat emas. Emas yang dihasilkan dengan metode manado ini diklaim lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan merkuri. Selain itu penggunaan merkuri juga dapat diganti dengan menggunakan borak dan tiosulfat. Borak dan tiosulfat lebih ramah lingkungan ketimbang merkuri juga diklaim lebih produktif. Tetapi persediaannya yg sulit di dapat serta harganya yg relatif lebih mahal dibanding merkuri.
Tanah dan air yang telah tercemar limbah merkuri akan rusak dan berbahaya bagi manusia karena sumber makanan manusia berasal dari tanah dan air. Dulu, proses recovery tanah yg telah tercemar merkuri adalah dengan mengeruk tanah dan membuangnya ke tempat pembuangan limbah. Tetapi sekarang sudah ditemukan suatu bahan yaitu karbon aktif yang dapat menyerap merkuri dari tanah yang tercemar sehingga tanah tidak perlu dikeruk sehingga tidak merusak lahan. Selain itu karbon aktif juga dapat menyerap merkuri dari endapan lumpur yang mengendap di aliran sungai.
Banyak bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan akibat tercemarnya lingkungan oleh merkuri. Merkuri di alam bebas bila telah bereaksi dengan zat tertentu akan membentuk senyawa organik yg disebut methyl mercury. Methyl mercury sangat mudah diserap oleh mikroorganisme dan bila mikroorganisme ini dimakan oleh hewan dan terserap oleh tumbuhan yang akan kita konsumsi maka berarti merkuri sudah masuk ke tubuh kita. Penimbunan merkuri di dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, kerusakan ginjal, gangguan perut, kegagalan sistem reproduksi, penurunan kemampuan pendengaran, pengelihatan daya ingat, dan kelumpuhan.
Sumber:
http://kecamatanlunyuk.blogspot.com/2012/12/bahaya-penggunaan-air-raksa-dalam.html
http://simlingkungan.minerba.esdm.go.id/forumasgm/?p=815
http://www.koran-jakarta.com/?4223-ekstraksi%20logam%20mulia%20ramah%20lingkungan
https://tavivsupriadi.wordpress.com/2010/01/21/pengurangan-resiko-bahaya-merkuri-pada-penambangan-emas-tradisional/&ei=SCxoyzZ-&lc=id-ID&s=1&m=527&ts=1448021374&sig=ALL1Aj4Q3AbNj6HoIu-iPpqNiHDscWFW0A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar