Selasa, 24 November 2015

Petaka Global Warming

Oleh : Andiny

Isu global warming atau pemanasan global memang selalu hangat untuk diperbincangkan karena semakin bertambahnya tahun bumi makin hangat hingga sampai pada titik panas untuk berjalan ke luar rumah saja.

Mengapa demikian?

Teori Efek Rumah Kaca (ERK) pasti sudah tidak asing dikumandangkan di berbagai media atau hanya celoteh diskusi anak SMP. Bahkan topik pemanasan global ini sudah masuk obrolan ringan dan umum untuk orang awam.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dampak negatif dari global warming makin menggila menghantui segala aspek di masyarakat.

Setelah diadakannya konferensi untuk membahas dampak pemanasan global di Bali, masyarakat dunia mulai membuka mata akan perubahan iklim yang abnormal. Beberapa contoh nyata sebab akibat yang mulai terlihat sebagai pemicu kenaikan suhu bumi adalah sebagai berikut :

1. Penebangan hutan
Penggundulan Hutan Borneo

Indonesia menjadi salah satu negara terluas di dunia tentu memiliki hutan tropis yang luas pula. Negara kita juga pernah menjadi paru-paru dunia sebelum beribu hektar pohon ditebang, dibakar, dan malah menjadi ladang penyakit paru seperti kasus kebakaran hutan Riau saat ini. Banjir lumpur makin menjadi setelah tanah tidak sanggup menopang banyaknya air hujan yang tumpah tanpa sanggaan pohon-pohon.

Gas karbon hasil pembuangan manusia, limbah, dan pembakaran BBM melebihi kapasitas pohon yang ada untuk menyerapnya saat ini dan akhirnya terbang ke atmosfer membentuk Gas Rumah Kaca (GRK).

2. Ancaman terhadap flora dan fauna



Petani sawah dan ladang cemas dengan perubahan pola tanam yang disebabkan oleh bertambah panjangnya musim kemarau tetapi musim penghujan yang berkurang. Matahari terlalu terik sehingga tumbuhan dapat cepat mati akibat kurangnya pasokan air dalam tanah. Morfologi tumbuhan juga ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, seperti kulit buah Durian yang makin tipis atau anak buah Rambutan yang terasa asam sedangkan induk biaknya manis.



Meningkatnya suhu juga menjadikan es di kutub mencair menyebabkan bertambahnya volume air laut dengan temperatur yang lebih tinggi. Hal tersebut berakibat fatal bagi kelangsungan hidup hewan laut karena mengakibatkan oksigen dalam air laut habis diganti oleh pelepasan hidrogen sulfida. Dalam dunia kelautan hal ini disebut zona mati dan telah dilaporkan ada sekitar 200 zona mati yang ditemukan. Banyak pencari nafkah di lautan harus gigit jari karena berkurangnya populasi ikan dan terumbu karang. Wilayah di pesisir Jakarta Utara juga ditakutkan akan tenggelam beberapa dekade mendatang.

3. Penyebaran penyakit

Dengan musim kemarau yang lebih panjang dan berkurangnya musim dingin, keadaan bumi yang hangat akan mengundang berbagai penyebaran penyakit dikarenakan serangga seperti nyamuk dapat hidup makmur di cuaca seperti itu.

Menangani permasalahan global ini, Departemen Pertanian bekerja sama denan Pemda Indramayu dan Badan Meteorologi dan Geofisika BMG mendirikan Sekolah Lapang Iklim yang dibertujuan untuk menambah pengetahuan para petani akan pemanasan global dan membantu mereka mengatasi masalah pertanian.


Pembelajaran di antaranya memberi keterampilan petani menggunakan peralatan sederhana dalam mengetahui datangnya musim hujan, mengukur kelembaban, suku, dan curah hujan.


Sumber :

Tidak ada komentar: